Aslmualaikum wr. wb
Tak terasa akhrnya hari yang
dinantikan tiba juga, lomba KUI atau "KADO UNTUK INDONESIA" telah tiba
di waktu yang dijanjikan yaitu pengumuman 100 naskah terpilih, yang
dimana ide kecil saya ini ternyata disambut baik oleh kawan-kawan
semua. dari support sampai dukungan doa, hingga awalnya saya hanya
termenung melihat update peserta sedikit sekali, lalu saya buka google,
info lomba sayapun belum muncul, dengan bertanya sana-sini bagaimana
saya bisa gratis mengiklankan lomba ini pada blog atau situs-situs
lomba. dengan bantuan teman-teman, akhirnya lomba mulai disebar ke
notes masing-masing, lalu ke blog-blog yang sangat perduli tehadap info
lomba menulis, sampai saya harus ke luar kota untuk memprintkan naskah
lomba lalu memfotocopykan dan menyebaranya ke sekolah-sekolah.
perjuangan ini ternyata tak sia-sia, di ujung deadline ternyata
antusias peserta yang sampai target 100, membludak mencapai 200 lebih.
maka harapan saya pada pihak yang TIDAK SETUJU denga lomba ini baik
melalui SMS, EMAIL, dan komentar di FB, kiranya "JANGAN ikut lomba
saya, TAPI doakan agar saya bisa berjalan lancar" namun yang namanya
orang tidak suka, ya tetap saja tidak suka. entah apa karena iri atau
karena memang tidak suka hingga mungkin saya pernah melukai pearasaanya
tanpa saya ketahui dengan musabab.
dari awal saya bilang, lomba ini kenapa harus memakai uang 25.000,- ?
saya
buat Nb. di info lomba bahwa uang itu untuk modal biaya penerbitan.
hingga akhirnya saya dibuat haru, saya ditawarkan oleh mas Bayu Angora,
dia siap menjadi Cover buku itu tanpa harus dibayar, karena ini adalah
sebuah Kado untuk Indonesia, lalu muncul juga sastra Linggau bang Ferry
A, dia menawarkan untuk hadiah lomba juara dia akan mengirimkan karya
Novelnya, kamudian Mas Abdul Majid Kamaludin juga igin mengirimkan buku
antalogi cerpen & puisi karya penyair muda untuk juara. kemudian
saya menghubungi bang Yadhi Rusiadi Jashar untuk Jurinya. dan bang Yadhi
pun sama dia tidak minta untuk di bayar, dia bilang, cukup karya ady
saja yang dibukukan dan paketkan ke alamat, karena buku karyamu lebih
bermanfaat" dan walaupun sampai saat ini ada beberpa peserta yang belum
mentrasnfer uang pendaftaran "_"
kawan-kawan dan peserta lomba
KUI, ini semua saya tulis, demi perjuanga dan perjalanan dalam proses
pembelajaran kita semua, agar kiranya "UNTUK SALING MENGHARGAI"
saya hanya ingin mengucapkan,terimakasih kepada:
1. Peserta
2. Dewan Juri bang Yadhi Rusmiadi Jashar
3. bang Ferry AM atas novelnya
4. Abdul Majid Kamaludin atas Antalogi KUMCER & PUISINYA
4. Para blog yan telah mengiklankan lomba ini
degan mengucap alhamdulillah lomba KUI saya tutup.
INILAH JAWARA KUI BERIKUT SKORNYA.
1. Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar OLEH : HUSNI HAMISI (total skor 174).
2. Indonesia dalam Naungan Doa Kami OLEH: MUHAMMAD HADDIY (total skor 171).
3. Pada Jantung yang Keropos OLEH: HYLLA SHANE GERHANA (total skor 166).
4. Kunyanyikan Lagu Paling Gula OLEH ARIF FITRA KURNIAWAN (total skor 165).
5. Jalan Menikung ke Limbur Mengkuang OLEH: JUMARDI PUTRA (total skor 163).
sebelum membaca siapakah TOP 10 DAN JAWARA CIPTA PUISI "KUI", maka baca ini terlebih dahulu.
SEPENGGAL CATATAN:
DI BALIK PENGUMUMAN TOP 10 DAN JAWARA CIPTA PUISI "KADO UNTUK INDONESIA"
oleh : Dewan Juri
Yadhi Rusmiadi Jashar
Assalamualaikum wr. wb.
Penghuni Rumah Puisi yang Terhormat,
Sungguh
berat untuk menentukan sepuluh besar karya puisi para peserta cipta
puisi "Kado untuk Indonesia", apalagi menentukan The Big Three dan
jawaranya. Namun beban yag berat itu tetap diemban dengan
mengenyampingkan unsur subyektifitas personal baik itu unsur perkawanan
atau unsur perkawinan, perasaan atau perasanan (deal), dan kesilapan
(kurang teliti) atau kesilauan (pada nama). Saya bersyukur,
penyelenggara hanya memberikan puisi tanpa nama pemuisinya. Ini
memudahkan otak bekerja tanpa terpengaruh hiruk-pikuk di luaran.
Saya
pernah membaca bahwa keindahan sebuah puisi disebabkan beberapa hal,
misalnya inovasi-inovasi dalam pengucapan, pemilihan teknik dan
ketepatan ekspresinya, atau ekspresi yang dikandung dalam puisi itu
sendiri yang banyak menggambarkan perasaan, pengalaman jiwa, ataupun
tanggapan evaluatif penyair terhadap lingkungan di sekitarnya. jadi, ada
benarnya perkataan Rifaterre bahwa puisi merupakan representasi dari
realita kehidupan yang dipindahkan penyair ke dalam untaian kata
indah. Dengan kata lain, puisi adalah tiruan (mimesis).
Membaca
lebih dari 200 puisi peserta, beberapa catatan perlu dikemukakan di
sini. Pertama, beberapa karya ada yang kuat di larik-larik pertama,
namun mengendur di akhir puisi. Kedua, ada pula yang memaksakan diri
berpanjang ria sehingga puisinya kehilangan fokus. Ketiga, sebaliknya
ada puisi yang mengangkat ide besar yang hanya ditulis dalam dua atau
tiga paragraf, dalam artian puisinya belum selesai, masih bisa
dieksplorasi kemungkinan-kemungkinan mengembangkannya. Keempat,
disayangkan sekali, ada puisi yang bagus tetapi kurang sesuai dengan
tema. Kelima, terlalu boros menggunakan tanda baca, terutama tanda titik
(.), tanda koma (,) tanda seru (!), dan tanda tanya (?). Keenam,
gramatika (tatabahasa) dan eyd kurang diperhatikan. Walau, dalam puisi
dikenal istilah penyimpangan gramatika dan Licencia Poetica, unsur ini
tidak lantas harus diabaikan peserta (contoh yang paling nyata,
peserta tidak mampu membedakan /di/ sebagai imbuhan; ditulis
serangkai, dan /di/ sebagai kata depan; ditulis terpisah ). Ketujuh,
Pemborosan ditemukan juga dalam pengulangan kata yang sudah disebutkan
di muka atau mengulang menuliskan kata yang memiliki makna referens
yang sama (contoh sederhana, klausa "aku berjanji pada diriku sendiri"
dalam puisi cukup ditulis "aku berjanji pada diri", sebab kata /ku/
dan /sendiri/ sudah ada acuannya, yaitu "aku". Bukankah puisi adalah
pemadatan?).
Penghuni Rumah Puisi yang Terkasih,
Untuk
menambah wawasan kita, ada baiknya dikemukakan pendapat Rodman
Phillbrick berkaitan dengan hal-hal penting yang perlu diperhatikan
dalam proses menulis kreatif puisi. Pertama, perencanaan. Walau ada
beberapa penyair yang tidak butuh ini, tetap saja kita harus meluangkan
waktu 5 atau 15 menit atau lebih untuk merencanakan menulis puisi.
Mulailah menulis, misalnya menulis sesuatu yang menarik perhatian. Bisa
hujan yang turun, daun kuning yang luruh, air sungai yang mengalir,
malam yang hening, Gayus yang plesiran, atau momen lain yang menarik
perhatian. Kedua, memastikan bahwa objek yang ditulis penting artinya
untuk dipuisikan. Ini sangat relatif. Ketiga, jika tiba-tiba sumbu-sumbu
imajinasi di otak tersumbat, ide tidak mengalir, melakukan relaksasi
penting. Berjalan-jalan sambil meregangkan otot di pekarangan rumah,
melihat lalu lintas kendaraan, memberi makan peliharaan, merupakan
bentuk-bentuk relaksasi yang justru ketika kembali akam muncul ide-ide
segar yang memperkaya puisi kita. Keempat, liarkan imajinasi. Jangan
terpaku kepada satu pengalaman jiwa. Cobalah mengaitkannya dengan
pengalaman lain yang satu warna dengan apa yang hendak ditulis. Hal ini
akan membuat puisi kita lebih kaya. Kelima, gunakan metafor. Dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaan gunakan kata yang tepat. Hindari
berpuas diri sampai kita merasa yakin kata yang digunakan sesuai dengan
apa yang ingin diungkapkan.
Hal
yang tidak kalah penting adalah melakukan revisi setelah kita selesai
melakukan proses kreatif menulis puisi. Dalam tahap ini kita bisa
melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang kurang tepat dan kurang
sesuai, dengan tujuan memadatkan. Kita bisa minta pendapat para
sahabat atau melaukan peer-review terhadap puisi yang telah kita
tulis.
Penghuni Rumah Puisi yang Tercinta,
Karya
puisi yang masuk ke meja penilaian dinilai dengan indikator;
kesesuaian tema (bobot 10%), kekuatan metafora/diksi (bobot 30%),
keindahan puisi (bobot 25%), kekuatan pesan/makna (bobot 25%), dan
pemilihan judul (bobot 10%). Karya-karya yang masuk, semuanya layak
untuk menjadi pemenang. Hanya saja tidak mungkin seluruh peserta
tertampung di dalam satu buku mengingat keterbatasan jumlah lembar.
Bagi yang belum berhasil kali ini, tentunya kesempatan di lain waktu
telah menunggu. Apalagi kabarnya dalam waktu dekat Rumah Puisi akan
membukukan karya para penghuni Rumah Puisi. Kesempatan ini jangan
disia-siakan. Hal yang terpenting, ajang ini telah merangsang
kreatifitas kita untuk menulis. Kata kuncinya adalah menulis. Menulis
dan menulis. Abaikan dulu penilaian. Sebab boleh jadi di tangan penilai
lain, puisi Andalah yang terbaik. Untuk itu, dengan segala kerendahan
hati, saya haturkan maaf bila karena saya puisi Anda belum
terbukukan. Dan, dengan mengucap bismillah, berikut ini ditetapkan
"sepuluh puisi terbaik" dan jawaranya yang pada waktunya akan
diumumkan Ady Azzumar sebagai penyelenggara cipta puisi "Kado untuk
Indonesia". Demikianlah.
Salam hangat selalu dari YRJ.
Wassalamualaikum wr. wb.
Dan inilah:
DAFTAR SEPULUH BESAR (NOMOR URUT BUKAN PEMERINGKATAN)
- Metafora dalam Bingkisan Air Mata : OLEH : FAKHIRA AKASIA
- Pada Jantung yang Keropos OLEH: HYLLA SHANE GERHANA
- Datang tak Dijemput Pulang tak Diantar OLEH : HUSNI HAMISI
- Kunyanyikan Lagu Paling Gula OLEH ARIF FITRA KURNIAWAN
- Indonesia dalam Naungan Doa Kami OLEH: MUHAMMAD HADDIY
- Yth Yang Mulia: Mr. Rich OLEH : FIYAN ARJUN
- Dang Sendang Kopi Malam, untuk Indonesiaku OLEH: ARKITAN JS SANISTA
- Kau Aku untuk Negeri OLEH: DALASARI PERA
- Luka Tanpa Nama OLEH : RADITYA USRA...
- Jalan Menikung Ke Limbur Mengkuang OLEH: JUMARDI PUTRA
DAFTAR TOP 1-50 CIPTA PUISI "KADO UNTUK INDONESIA"
(URUTAN TIDAK MENUNJUKKAN PEMERINGKATAN)
(URUTAN TIDAK MENUNJUKKAN PEMERINGKATAN)
1. METAFOR DALAM BINGKISAN AIR MATA OLEH : FAKHIRA AKASIA
2. KAUM SRITI OLEH: GIA AYU MUHDIANTI (ARGYA DAIFFANA)
3. PADA JANTUNG YANG KEROPOS OLEH: HYLLA SHANE GERHANA
4. DATANG TAK DI JEMPUT PULANG TAK DI ANTAR OLEH : HUSNI HAMISI
5. KUNYANYIKAN LAGU PALING GULA: INDONESIA RAYA OLEH ARIF FITRA KURNIAWAN
6. MENJEMPUT FAJAR OLEH: HAMLIATI MUSTA
7. IRAMA TEROMPET TAHUN BARU UNTUK BANGSAKU OLEH : DANG AJI SIDIK
8. KESAKSIAN TIANG GANTUNGAN OLEH: ADHY SELALU PUNYA IRA
9. HARI INI, MERAH. OLEH: UNGGUL SAGENA
10. MANTRA PEMBEBASAN “MANTRA PEMBEBASAN” OLEH : YULLY RISWATI
11. KERIPUT MERAH PUTIH DI UJUNG BESI OLEH: CEK MILA NEGARAWAN
12. MERANGKAI PELANGI DI BUMI PERTIWI OLEH: YANDIGSA
13. DIALOG DOA DI NEGERI AFASIA OLEH: DESWITA
14. KUNJUNGAN JIBRIL OLEH: WAMDI
15. HANYA UNTUK INDONESIA OLEH: ARIF WICAKSANA
16. NEGERI KU SEGITIGA, PETAK, BULAT OLEH: MEE LEEYA EGA
17. DEMI KHARISMA PERTIWI OLEH : BUDHI SETYAWAN PENYAIR PURWOREJO
18. INDONESIA DALAM NAUNGAN DOA KAMI OLEH: MUHAMMAD HADDIY
19. ADA PINTA UNTUK INDONESIA OLEH: FAHRUR ROZI ATMA
20. MALAM DI SUDUT KOTA :UNTUK ANAS NASRUDIN OLEH: ABDUL SALAM HS
21. KUSANGKA INI ADZAB OLEH: AURA MELATI
22. DEWI NASIB KARYA: YOLLA MIRANDA
23. PERTIWI TAK AKAN MENANGIS LAGI OLEH RAFIF AMIR AHNAF
24. SAJAK KOTAK-KOTAK OLEH: VERRA OKTI PURWANANTI
25. PADA JAM 00.00 – INDONESIA OLEH: PUNGKIT WIJAYA
26. ADEMPAUZE OLEH; AN
27. HIJAU ZAMRUD OLEH : MIENY ANGEL
28. SYAIR TANAH LAHIR OLEH: RUDY RAMDANI
29. AN NUUR DALAM SECAWAN MIMPI OLEH : AJAISKOR
30. UNTUKMU OLEH NESSA KARTIKA
31. UNTUKMU NEGERIKU OLEH ASNI A SUEB AAN
32. MONOLOG PRESIDEN KARYA: HADI SANTOSA
33. YTH YANG MULIA: MR. RICH OLEH FIYAN ARJUN
34. DANG SENDANG KOPI MALAM, UNTUK INDONESIAKU OLEH: ARKITAN JS SANISTA
35. KAU AKU UNTUK NEGERI OLEH DALASARI PERA
36. KEPALA KATA TANPA KEPALA OLEH DHA NIEZA
37. AKHIR SENJA TANAH AIR BETA OLEH: RAHWIKU TITAHWENING MAHANANI
38. NEGERI SYAITAN OLEH MUHAMMAD ISA A, S.PD
39. JALAN MENIKUNG KE LIMBUR MENGKUANG OLEH: JUMARDI PUTRA
40. BALADA IBU PERTIWI OLEH: HAYA ALIYA ZAKI
41. KADO SEMANGAT MERAH PUTIH OLEH:MUHAMMAD HADI
42. LUKA TANPA NAMA OLEH : RADITYA USRA...
43. ADA CINTA UNTUKMU INDONESIA OLEH MUHAMMAD RASYID RIDHO
44. UPACARA IBU OLEH: FAJRI ADHARI
45. PERIUK BELANGA OLEH: IKA YANTI Y. A.
46. DRAMA SEORANG IBU OLEH: SEDAMAI LAZUARDI
47. SENYUM DI KACA ITU OLEH: RAKHMAT ARI NUGROHO
48. SEKOTAK PENSIL WARNA OLEH: SUCI RACHMAWATI
49. BANGKIT, UNTUKMU INDONESIA OLEH: Ignatius Wijayatmo
50. MOZAIK KEBERSAMAAN OLEH: TENA ASTIR W
DAFTAR TOP 51 s/d 100 CIPTA PUISI "KADO UNTUK INDONESIA"
(Urutan
Tidak Menunjukkan Pemeringkatan) dan 100 Naskah Terbaik (1-50 dan
51-100) akan dibukukan dalam antalogi puisi “Kado untuk Indonesia”
51. KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK GAYUS TAMBUNAN Oleh: Tuditea Masditok
52. INDONESIA BUKAN ILUSI Oleh: Jundillahi Ishlah
53. SEKEDAR SENYUM UNTUK INDONESIA Oleh : Aisyah
54. PESAN LANGIT UNTUK BUMI Oleh: Kamilatun Nuha
55. SEBUAH SAJAK UNTUK IBU PERTIWI Oleh: Apriansyah
56. KADO DESEMBER Oleh: Retno Adjie
57. PARADOKS NEGERIKU oleh : Tawang
58. UNTUKMU GARUDAKU Oleh: Wahyu Wibowo
59. INDONESIA, NEGERIKU! Oleh: Samsul Zakaria
60. SECUIL PERSEMBAHAN TERBAIK Oleh: Esha Amanita
61. MELUKIS NEGERI ( SEBUAH KADO INDAH BAGI PULAU KOMODO ) Oleh: Endang Ssn
62. VI (SURAT UNTUK SAHABAT KECIL Oleh: Arie Yuni
63. JERAMI UNTUK SANG GARUDA YANG TERTATIH Oleh : Lamtiur Junita
64. SERENADE KELEMBUTAN : Oleh: Yuli Azzahra
65. CERITA NEGERIKU Oleh: Fadila Hanum
66. PENGAKUAN SEORANG PEJABAT & SESEORANG SAHABAT Oleh: Alis Muntono
67. KADO ISTIMEWAKU UNTUK TANAH AIR TERCINTA oleh : 'Ainun Kurnia
68. AKU MENGENALI SEBUAH NEGERI Oleh: Adriana Tjandra Dewi
69. SEBUAH KADO REFLEKSI MENYAMBUT INDONESIA BARU oleh : Ana Fidha
70. IRONI, NEGERI INI Oleh: Anton Widiono
71. KEMBALI NEGERIKU oleh : Reza Irwansyah
72. JANJI UNTUK INDONESIA Karya: Andari Jamalina Pratami
73. DUKA INDONESIA Oleh : Zulfa Sania Dasairy
74. INILAH NEGERI KITA Oleh: Lela Munzar
75. NEGERI ASAP Oleh: Royandi Siahaan
76. BINGKIS HARAP BERPITA EMAS Oleh: Okti Li
77. KADO HARAPAN MERAH PUTIH Oleh : wulandari
78. NEGERI GARUDA oleh: Rahmi Hattani
79. BUMI PERTIWI DAN CINTA PEREMPUAN Oleh: : Maryam Zakaria
80. SURAT UNTUK PAK TANI (KEPADA PETANI-PETANI INDONES ) Oleh: Fitri Amaliyah Batubara
81. DIARY DIARY BULAN KE SEBELAS-DUA BELAS (MEMOAR DAN DOA UNTUK KAWANKU YANG TERLALU GAGAH UNTUK MENYERAH) By : Erny Ratna Wati
82. MBANG oleh Marwie Ocol
83. DIPUNGGUNGMU,TITIP RINDU TANAH PERTIWI oleh: yayang akhyar
84. SEBENTUK RINDU UNTUK NEGERIKU Oleh; Andi Olha Mappasosory
85. MELIHAT INDONESIA DI DESEMBER 2010 Karya : Ardhian Nurhadi.
86. AKU BANGKIT UNTUK INDONESIAKU Oleh: Rika Januarita H
87. HARAP PERTIWI SELALU DI HATI oleh: Tri Astuty Yuliandari
88. TUAK, KEMBALIKAN INDONESIAKU Oleh: Siti Fatimah
89. INSPIRASI MEMBANGUN NEGERI oleh; Rosella Asy-syams
90. MEMELUK PELANGI SENYUM Oleh:Astin Ramadari
91. MENERJEMAHKAN IGAU BENCANA Oleh:Dina Khairiyati
92. INI SALAH SIAPA Oleh:Elsa Silvira
93. SAYAP SAYAP GARUDA karya: elki prades
94. PURNAMA ITU, UNTUKMU :INDONESIA oleh: Fathromi Ramdlon.
95. PAKET UNTUK NEGERIKU oleh: Titik Sudarwati
96. SENANDUNG GADIS KECIL BERBAJU MERAH PUTIH Linda Astri Dwi Wulandari
97. MERENDA CINTA PERTIWI oleh: Sri sudewi widanarti
98. NYANYIAN NEGRI.. oleh: Siami-rachmawati Merinduimu
99. INI NEGERI, 1000 MIMPI oleh: Abdul Majid Kamaludin
100. Negeriku Bukan dongeng oleh: Green Like Green
Selamat buat kamu yang terpilih.
CATATAN KECIL PENILAIAN CIPTA PUISI “KADO UNTUK INDONESIA” oleh Dewan Juri di RUMAH PUISI
Apa kabar semua peserta lomba Cipta Puisi "Kado untuk Indonesia"
hari ini saya akan mempublish Dewan Juri Puisi Kado untuk Indonesia.
dan di bawah ini ada catatan kecil serta cuplikan-cuplikan Dewan Juri di Group Rumah Puisi.
Dewan Juri:
Yadhi Rusmiadi Jashar
CATATAN KECIL PENILAIAN CIPTA PUISI “KADO UNTUK INDONESIA” RUMAH PUISI
oleh: Yadhi Rusmiadi Jashar
Assalamualaikum wr. wb.
Penghuni Rumah Puisi yang saya hormati,
Baik
atau tidaknya sebuah karya sastra, erat kaitannya dengan unsur
subyektifitas pembaca (penilai). Ada beberapa patokan yang dikemukakan
para ahli bahwa karya yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
karya tersebut bisa mengkristal, mempunyai sistem yang bulat berkaitan
dengan keutuhan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmony),
dan tekanan (right emphasys), mengungkapkan isi jiwa pengarang dengan
baik, menafsirkan kehidupan dan mengungkapkan hakikat kehidupan,
tidak bersifat menggurui, universal, tidak melodramatis yang berkesan
diatur-atur, dan harus menunjukkan kebaruan, keindividualan, dan
keaslian.
Penghuni Rumah Puisi yang cantik dan ganteng,
Tidak
selalu karya puisi yang panjang menunjukkan kualitas yang lebih baik
dari karya puisi yang pendek. Begitu juga sebaliknya, puisi pendek
belum tentu lebih berkualitas dari puisi panjang. Banyak indikator
yang menjadi alat untuk menilai baik atau tidaknya sebuah karya. Salah
satu hal yang penting adalah soal pemilihan kata. Dalam penulisan
puisi, unsur pemilihan kata berhubungan erat dengan makna, keselarasan
bunyi, dan urutan kata. Penulis harus cermat memilih kata karena
berkaitan dengan keberadaan bahasa dalam puisi yang kaya makna
simbolik, konotatif, asosiatif, dan sugestif.
Sebagian
besar karya peserta cipta puisi "Kado untuk Indonesia" kurang
memperhatikan soal pemilihan kata ini. Beberapa peserta masih boros
dalam menggunakan kata. Mubazir. Selain itu, beberapa peserta masih
bermain di wilayah permukaan tanpa berusaha menyelam lebih dalam ke
palung makna puisi yang dibuatnya. Puisi yang tercipta lebih berupa
potret peristiwa tanpa sublimasi dan pengendapan sebelumnya. Disamping
hal itu, konsepsi licencia poetica juga kurang dioptimalkan. Ada
beberapa karya yang tidak cermat dalam penggunaan tanda baca. Perlu
diingat, jika tanda baca itu tak memaknakan apa-apa, selayaknya tidak
perlu dituliskan. Di luar itu, saya merasa bangga terhadap beberapa
puisi peserta yang menunjukkan kualitas luar biasa.
Penghuni Rumah Puisi yang selau bersemangat dan kreatif,
Berkaitan
dengan penilaian puisi para peserta, saya merasa beban ini terlalu
berat mengingat keterbatasan kemampuan dan keilmuan saya. Saya sangat
beruntung mempunyai istri yang kebetulan memiliki kompetensi di bidang
ini dan mau berbagi pendapat berkaitan dengan penilaian karya peserta.
Perlu pula dicatat bahwa penilaian ini bersifat subyektif. Artinya
puisi peserta yang belum masuk Top 100 bukan berarti puisinya tidak
baik. Ada beberapa hal yang menyebabkan puisi-puisi itu tersingkir.
Ini berkaitan dengan persyaratan yang sudah dikemukakan penyelenggara
sebelumnya yang berkaitan dengan variabel penilaian. Ada baiknya pula
kita camkan pendapat Jonathan Culler bahwa dalam konvensi pembacaan,
pembaca (penilai) yang berbeda akan menghasilkan penafsiran dan
penilaian yang berbeda pula.
Penghuni Rumah Puisi yang tersayang,
Akhirnya,
setelah melalui seleksi yang ketat atas karya-karya puisi yang masuk
dengan variabel penilaian yang meliputi kesesuaian tema, kekuatan
metafora dan diksi, keindahan puisi, kekuatan pesan dan pemilihan judul
maka dengan mengucapkan bismillah, nominasi cipta puisi "Kado untuk
Indonesia" yang diselenggarakan oleh Rumah Puisi sudah saya susun dan
akan diumumkan oleh penyelengara pada waktunya. Dalam kaitan ini, saya
tidak berhak membocorkan nama-nama nominasi pemenang. Dengan demikian,
atas segala kekurangan saya dan kekurangpuasan peserta, saya mohon
maaf karena tak ada gading yang tak retak. Mari kita terus belajar
meningkatkan kemampuan agar di masa yang datang karya kita akan lebih
baik lagi. Kepada Sang Pemilik Pena, yang atas kuasaNya kita dapat terus
berkarya, saya mohon ampunan atas segala kekurangan saya.
Wassalamualaikum wr. wb.
* * *
Subhanallah,
ini adalah ilmu untuk ikta bersama. dan sebenarnya benar apa yang
dikatakan oleh bang Yadhi selaku Dewan Juri dalam "kado untuk
Indonesia". karena sesungguhnya, saya sendiri menulis puisi itu tidak
sekali langsung jadi. dan har...us beberapakali pengeditan,
apakah kata-kata yang dipilih itu bermakna dan sepadan, atau benar malah
"pemubaziran kata". ingat, 1 kata dalam puisi itu sejuta makna,
berbeda dengan satu kata dlam menulis cerpen. dan buat keluarga besar
"Rumah Puisi" setiap ada even lomba menulis baik puisi atau yang
lainya, satu kata saja: kita jangan pernah grasah-grusuh dalam
mengirimkan karya kita. baiknya, kita perlu teliti, baca
berulangkali.bila bathin merasa puas, maka berarti karya sudah pas. dan
buat keluarga besar Rumah Puisi terus semangat dalam berkarya "_"
keep writing. (Ady Azzumar)
* * *
Yadhi Rusmiadi Jashar:
Penghuni
Rumah Puisi: Keterangan tambahan dari Ady Azzumar sangat bergizi.
Sebagai contoh, kita cuplik sebuah puisi "Menjual Sajak". Di bagian /1/
penyair menulis 99 kali kata "proses". Mubazirkah itu? Sama sekali
tidak, bahkan menguatkan makna bahwa proses kreatif penulisan sebuah
puisi itu tidak mudah dan berkali-kali. Cobalah buat frase atau klausa
atau kalimat pengganti ke 99 kata "Proses" yang acuan maknanya sama,
misalnya klausa berikut, "proses itu berulang tiada pernah berhenti
meletik di tempurung kepala" atau sebaris kalimat lain. Pasti nilai rasa
dan nadanya akan jauh berkurang. Inilah hebatnya sang penyair, mampu
memilih dan mengatur kata dengan tepat. Gracias. Lalu kenapa harus 99?
tidak 10, seribu, atau sejuta? semua orang tahu acuan 99 itu ke mana.
Penyair ingin mengatakan bahwa dalam proses melahirkan puisi tidaklah
bisa dilepaskan dari campur tangan Allah. Simpulnya, dalam puisi,
tanda titik (.) pun harusnya memiliki makna. Coba perhatikan puisi
berikut ini:
DALAM DIAM KEPADAMU KUSERAHKAN
SELAPIS NYAWA INI UNTUK KAU TAUTKAN PADA SIAPA SAJA BIDADARI PILIHAN
...
Amin
Tanda tiga titik (.) dalam
puisi di atas bukan pemerlengkap semata, tetapi memiliki makna antara
lain doa seseorang yang diucapkan dalam hati.
Salam
pagi yang hangat. Semoga tidak merasa digurui. Saya hanya ingin
berbagi kepada parasahabat agar bisa lebih baik lagi ke depan.
* * *
contoh Puisi yang dimaksud:
Karya : Ady Azzumar
Menjual Sajak-Sajak
01/Mei/2010
Proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, Proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses, proses,
proses, proses, proses, proses, proses.
99 x Aku beproses mengetik kata
yang berserakan di dinding imajinasi
menjadikanya sajak yang tersirat atau tersurat.
Sajakku:
sajak akhir
sajak awal
sajak mutlak
sajak pasangan atau sajak kembar
sajak peluk
sajak putus atau sajak retak dan sajak pecah
sajak silang atau sajak sengkelang
sajak sempurna
sajak tegak
sajak tengah
dan sajak rangkai
1
Selama empat tahun aku menulis dan menjual sajak-sajak
entah siapa yang membaca sajak-sajak itu
entah berapa yang bersinggah di media cetak
entah berapa sajak yang ditolak.
2
tuts, tuts, tuts,
tuts, tuts, tuts, tuts, tuts,
tuts…
Di balik keyboard, mesin tik, atau kertas:
(Akulah, lelaki yang selalu melahirkanmu
disaat kata harus berbicara)
3
Palembang, 1 Mei 2010
Kepada:
Sang penentu naskah
Redaktur kolom sastra
Media cetak, Koran Harian
Salam sastra salam budaya.
Dengan hormat, bersama
sajak-sajak ini saya kabarkan pada diksi yang tertulis dengan
pilihan-pilihan kata, saya telah menyelesaikan sebuah fablian hari ini
dengan meluangkan waktu, ide dan berimajinasi. Semoga sajak ini
kembali hadir di ruang kolom budaya.
Terimakasih,
4
padamu kulayarkan sebuah sajak indah
bukan sajak W.S Rendra
tapi sajak yang kubangun dari batu pualam
mulakala sepoci air teh hangat yang tersugu di samping meja kerja
memukau sebuah protes-protes yang terpendam
seekor anjing di luar kaca menegak, sambil menggonggong
ssst…
listrik padam dan sajakku hilang
ketika sebelum di save.
5
proses, proses, poses…
tuts, tuts, tuts…
(Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010, dibukukan bersama 310 penyair)
Hadiah Pemenang Lomba :
- 100 Naskah Terbaik akan dibukukan dalam antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” dan terbit Februari 2011, dan berhak mendapatkan buku “Kado untuk Indonesia”
- 50 naskah terpilih akan mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + buku puisi “Ruh dalam Maksiat” karya Ady Azzumar (Literer Khatulistiwa, November 2010)
- 10 Naskah terpilih mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + buku puisi “Ruh dalam Maksiat” karya Ady Azzumar (Literer Khatulistiwa, November 2010) + Sertifikat penghargaan.
- Juara 1: Uang tunai 200.000,- mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + buku puisi “Ruh dalam Maksiat” karya Ady Azzumar (Literer Khatulistiwa, November 2010) + Sertifikat penghargaan + Novel “Ranah Sriwijaya” karya Fery Am penerbut El~Syarif (dari: Sastra Linggau) + buku antalogi “Puisi dan Cerpen” penulis Muda Indonesia (Phatasy Poetica ~ Imazonation) dari: Bpk. Abdul Majid Kamaludin
- Juara 2: Uang tunai 150.000,- mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + buku puisi “Ruh dalam Maksiat” karya Ady Azzumar (Literer Khatulistiwa, November 2010) + Sertifikat penghargaan. + Novel “Ranah Sriwijaya” karya Fery Am penerbut El~Syarif (dari: Sastra Linggau) + buku antalogi “Puisi dan Cerpen” penulis Muda Indonesia (Phatasy Poetica ~ Imazonation) dari: Bpk. Abdul Majid Kamaludin
- Juara 3: Uang tunai 100.000,- mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + buku puisi “Ruh dalam Maksiat” karya Ady Azzumar (Literer Khatulistiwa, November 2010) + Sertifikat penghargaan + Novel “Ranah Sriwijaya” karya Fery Am penerbut El~Syarif (dari: Sastra Linggau) + buku antalogi “Puisi dan Cerpen” penulis Muda Indonesia (Phatasy Poetica ~ Imazonation) dari: Bpk. Abdul Majid Kamaludin
- Juara 4: Uang tunai 50.000,- mendapatkan buku antalogi puisi “Kado untuk Indonesia” + buku puisi “Ruh dalam Maksiat” karya Ady Azzumar (Literer Khatulistiwa, November 2010) + Sertifikat penghargaan. + Novel “Ranah Sriwijaya” karya Fery Am penerbut El~Syarif (dari: Sastra Linggau) + buku antalogi “Puisi dan Cerpen” penulis Muda Indonesia (Phatasy Poetica ~ Imazonation) dari: Bpk. Abdul Majid Kamaludin
WARNING!
buatyang
masuk 100 ini segera kirimkan biodata kamu ke INBOK saya ya, dang
JUARA 1- 4 uang dan haidahnya 2 minggu paling lama saya kirim. dan
untuk 100 peserta, hehe bukunya kan belum masuk ke penerbit. karena
biodata belum lengkap dan puisi baru mulai disusun. jadi, penerbit
paling cepat 1 bulan selesai mencetak bukunya. jadi BUKU KADO UNTUK
INDONESIA doakan Maret telah selesai berbentuk buku. amin ya rabb
Selamat Buat 10 Naskah Terbaik.
Salam.. saya bisa dapat buku Antologi ini dimna ya?
BalasHapus